risingtideproject – Dalam studi terbaru di jurnal Nature Ecology & Evolution, para peneliti menganalisis fosil Deinosuchus, seekor buaya purba yang hidup antara 82 hingga 73 juta tahun lalu pada periode Kapur Akhir. Buaya yang dijuluki “buaya teror” ini mampu tumbuh lebih dari 10 meter panjangnya dan berbobot hingga 5 ton, menjadikannya salah satu predator darat terbesar pada zamannya.
Studi tersebut menyimpulkan bahwa kombinasi faktor lingkungan, adaptasi evolusioner, dan peluang ekologi mendorong pertumbuhan ekstrem Deinosuchus. “Kami menemukan bahwa perubahan iklim lokal, melimpahnya mangsa besar seperti dinosaurus herbivora, serta minimnya pesaing besar lainnya mendorong evolusi ukuran tubuh luar biasa ini,” jelas Dr. Laura Simmons, ahli paleontologi dari University of Colorado yang memimpin riset tersebut.
Bukti dari Fosil dan Jejak Gigitan
risingtideproject – Tim ilmuwan menemukan jejak gigitan besar pada fosil tulang dinosaurus yang cocok dengan bentuk rahang Deinosuchus. Temuan ini membuktikan bahwa buaya purba tersebut tidak sekadar memangsa ikan atau hewan kecil di air, melainkan juga memburu atau menyerang dinosaurus yang mendekati perairan.
“Ukuran gigi Deinosuchus menyerupai pisau tumpul, ideal untuk menghancurkan tulang,” ungkap Dr. Simmons. “Ia bukan predator oportunistik biasa — melainkan benar-benar mampu membunuh dan memakan dinosaurus.”
Evolusi Menuju Ukuran Raksasa
Para peneliti menggunakan teknik analisis isotop pada tulang fosil untuk mengungkap pola medusa88 pertumbuhan buaya ini. Mereka menemukan bahwa Deinosuchus tumbuh perlahan namun terus-menerus sepanjang hidupnya, berbeda dari buaya modern yang pertumbuhannya melambat setelah dewasa.
“Model pertumbuhannya sangat unik,” tambah Dr. Simmons. “Lingkungan saat itu memungkinkan Deinosuchus hidup lebih lama dan tumbuh lebih besar, menjadikannya predator puncak di sungai-sungai kuno Amerika Utara.”
Implikasi bagi Ilmu Paleontologi
Penemuan ini memperkaya pemahaman ilmuwan tentang ekosistem Kapur Akhir. Sebelumnya, para ilmuwan menganggap dinosaurus seperti Tyrannosaurus dan Albertosaurus sebagai predator utama. Namun, kehadiran Deinosuchus menambahkan kompleksitas baru dalam rantai makanan zaman itu.
“Ketika dinosaurus herbivora seperti Hadrosaurus mendekati sungai untuk minum, ia berisiko menjadi mangsa Deinosuchus,” jelas Dr. Simmons. “Ini menunjukkan dunia purba yang jauh lebih berbahaya dan tak terduga daripada yang pernah kami bayangkan.”
Penelitian Lanjut
Dr. Simmons dan timnya berencana melanjutkan penggalian di formasi batuan kuno Amerika Serikat bagian selatan, terutama di Texas dan Montana. Mereka berharap menemukan lebih banyak fosil Deinosuchus untuk memahami variasi ukuran dan perilakunya.
“Setiap fosil baru memberi kami potongan baru dari teka-teki besar,” kata Dr. Simmons. “Kami baru mulai mengungkap kisah nyata tentang buaya teror ini.”